Rabu, 28 Desember 2011

SPEKTROFOTOMETRI ULTRA VIOLET-VISIBEL(UV-VIS)

BAB II
SPEKTROFOTOMETRI ULTRA VIOLET – VISIBLE (UV - IS)



1.    PENDAHULUAN                                                    
Panjang gelombang cahaya UV dan Visible lebih pendek, sehingga memiliki radiasi berenergi lebih tinggi dari pada panjang gelombang dan radiasi energi IR(k). Sebuah foton berenergi tinggi dalam daerah UV dapat mementalkan sebuah elektron terluar dari sebuah atom atau molekul, sehingga foton ini dapat memutuskan ikatan molekul tersebut(f).


Daerah radiasi/spektrum UV berada pada kisaran 100 – 400 nm, sedangkan daerah radiasi/spektrum VIS berada pada kisaran 400 – 750 nm. Absorpsi cahaya pada daerah ini mengakibatkan transisi elektronik, yaitu promosi elektron-elektron dari orbital keadaan dasar yang bernergi lebih rendah ke orbital keadaan tereksitasi berenergi lebih tinggi. Transisi ini memerlukan energi sekitar 40 – 300 kkal/mol, energi yang terserap selanjutnya terbuang sebagai kalor, sebagai cahaya atau tersalurkan dalam reaksi kimia(f)


Panjang gelombang cahaya UV dan cahaya VIS bergantung pada kemudahan promosi elektron. Molekul-molekul yang memerlukan lebih banyak energi untuk promosi elektron, akan menyerap pada panjang gelombang yang lebih pendek, sedangkan molekul yang memerlukan energi lebih sedikit akan menyerap pada panjang gelombang yang lebih panjang. Oleh karena itu senyawa yang menyerap  cahaya pada daerah VIS (senyawa berwarna) mempunyai elektron yang lebih mudah dipromosikan dari pada senyawa yang menyerap pada panjang gelombang UV yang lebih pendek.


absorpsi pada 100 nm (UV)                      750 nm (VIS)
Makin mudahnya transisi elektron
 




Karena energi absorpsi oleh suatu moleku terkuantisasi, maka absorpsi untuk transisi elektron itu tampak pada panjang-panjang gelombang diskrit sebagai suatu spektrum garis atau peak tajam. Namun tidak demikian halnya pada spektrum UV – VIS, pada spektrum ini terdiri dari pita absorpsi lebar pada daerah panjang gelombang yang lebar. Hal ini disebabkan oleh terbaginya keadaan dasar dan keadaan eksitasi sebuah molekul dalam sub tingkat-sub tingkat rotasi dan vibrasi. Sub tingkat ini memiliki transisi energi yang sedikit sekali perbedaannya, maka panjang gelombang absorpsinya juga berbeda sedikit dan menimbulkan pita lebar yang tampak dalam spektrum itu.








Gambar 1.1. Pemaparan skematik transisi elektron dari suatu tingkat energi rendah kesuatu tingkat energi tinggi


Absorpsi radiasi suatu sampel diukur pada berbagai panjang gelombangn dan alirkan oleh suatu perekam untuk menghasilkan spektru





                                                                                                            O        
 

                                                                                       (CH3)2C        CHCCH3
Panjan
0
Absorban
A
0,5
350
200
400
 









Gambar 1.2. Spektrum UV dari mesitil oksida, 9,2 x 10-5 M, sel 1,0 cm

Gambar 1.2 menunjukkan spektrum UV suatu larutan encer misitil oksida (4-metil-3-penten-2-on) yang menunjukkan susuran (scan) dari 200 – 400 nm. Panjang absorpsi dinyataka sebagai λ maks, yaitu panjang gelombang pada titik tertinggi kurva pada 232 nm. Absorpsi energi derekam sebagai absorbans. Absorbans pada suatu panjang gelombang tertentu didefinisikan sebagai:

  

Dengan            A = Absorbans
                        I0 = intensitas berkas cahaya rujukan
                        I  = intensitas berkas cahaya contoh

Absorbans suatu senyawa pada suatu panjang gelombang tertentu bertambah dengan banyaknya molekul yang mengalami transisi. Oleh karena itu absorbans tergantung pada struktur elektronik ssenyawa dan kepekatan contoh dan panjangnya sel. Oleh karena itu absorpsi energi dinyatakan sebagai absorpsivitas molar (e) dan bukan sebagai absorbans sebenarnya.

Spektrum UV dialur ulang untuk menunjukkan ε atau log ε, dan bukan A sebagai ordinat. Nilai log ε terutama bermanfaat bila harga ε sangat besar.


Dengan            A = Absorbans
                        ε = absorpsivitas molar
                        c = konsentrasi molar (M)
                        l  = panjang sel (cm)


2.    TIPE TRANSISI ELEKTRON
Keadaan dasar suatu molekul organik emngandung elektron-elektron valensi dalam tiga tipe utama orbital molekul: orbital sigma (σ), orbital pi (π) dan orbital teririsi tetapi tidak terikat (η)

Elektron σ
Elektron π
Elektron η
. .
 


. .
H : CH3                                               CH2 : : CH2                 CH3 OH

Orbital σ dan π dibentuk dari tumpang tindih dua orbital atom atau hibrid, oleh karena itu masing-masingn orbital molekul ini mempunyai suatu σ* atau π* anti bonding yang berikatan dengannya. Suatu orbital mengandung π elektron tidak mempunyai suatu orbital antibonding.

σ*
Transisi-transisi elektron mencakup promosi suatu elektron dari salah satu dari tiga keadaan dasar (σ, π atau η) kesalah satu dari dua keadaan eksitasi (σ* atau π*). Terdapat enam transisi yang mungkin dengan empat trnasisi yang penting yaitu:
n         π#
< 105 kkal
(> 270 nm)
n         σ #
< 150 kkal
(> 185 nm)
π        π#
< 170 kkal
(> 165 nm)
σ        σ #
< 170 kkal
(> 165 nm)
σ
π
n
π*
E

Gambar 2.1 Persyaratan energi untuk transisi elektronik

Daerah yang paling berguna dari spektrum UV adalah daerah dengan penjang gelombang diatas 200 nm. Transisi berikut menimbulkan absorpsi dalam daerah 100 – 200 nm yang tak berguna;   π          π* untuk ikatan rangkap menyendiri, dan σ        σ* untuk ikatan karbon-karbon biasa. Transisi yang berguna (200 – 400) adalah π          π* untuk senyawa dengan ikatan rangkap terkonyugasi serta beberapa transisi σ          σ* dan π          π*.
3.    WARNA DAN PENGLIHATAN
Warna merupakan hasil dari kompleks respon faali dan psikologis terhadap panjang cahaya antara 400 – 750 nm yang ditangkap oleh retina (selaput jala) mata. Jika semua panjang gelombang cahaya VIS mengenai retina, akan diterima (dirasakan) warna putih, namun jika tidak satupun panjang gelombang mengenai retina maka akan diterima (dirasakan) warna hitam atau gelap. Jika panjang gelombang dengan rentang (range) sempit jatuh pada retina mata, maka akan diterima (dirasakan) warna-warna individu (Tabel 1.1 BAB I)

Pengindraan warna ditimbulkan oleh berbagai proses fisis. Berikut ini beberapa contoh bagaimana cahaya dengan suatu panjang gelombang tertentu dapat diarahkan kemata:
a.       Warna kuning jingga nyala natrium ditimbulkan oleh pancaran (emisi) cahaya dengan panjang gelombang 589 nm, pancaran ini disebabkan oleh kembalinya elektron tereksitasi keorbital energi rendah.
b.      Suatu prisma menyebabkan difraksi cahaya yang berubah-ubah menurut panjang gelombangnya; panjang gelombang yang terpisah-pisah ini kelihatan seperti pola pelangi.
c.       Interferensi diakibatkan oleh dipantulkannya cahaya pada dua permukaan film yang sangat tipis (misalnya gelembung sabun atau bulu burung). Gelombang cahaya yang dipantulkan oleh permukaan-luar dan permukaan-dalam taksefase, shingga terjadi interferensi gelombang dan pada beberapa panjang gelombang terjadi keadaan saling melemahkan, sehingga sebagai ganti cahaya putih akan tampak beberapa warna.
d.      Absorpsi cahaya pada panjang gelombang tertentu oleh suatu zat. Senyawa organik dengan konyugasi yang ekstensif menyerap cahaya dengan panjang gelombang tertentu karena adanya transisi π          π* dan n          π*. Apa yang tampak bukanlah warna yang diserap, melainkan komplemennya, yang dipantulkan. Warna komplemen/warna pengurangan (subtraksi), merupakan hasil pengurangan beberapa panjang gelombang VIS dari dalam spektrum visual keseluruhan
Sebagai contoh senyawa pentasena menyerap pada 575 nm dalam bagian kuning dari spektrum VIS, sehingga pentasena menyerap cahaya kuning (dan sedikit cahaya disekitar kuning) dan memantulakn cahaya dengan panjang gelombang lain, sehingga pentasena menimbulkan warna biru, yang merupakan komplemen dari warna kuning
Terkadang beberapa senyawa menampakkan warna kuning meskipun λmaks mereka berada dalam daerah spektrum UV, misalnya koronena. Dalam hal ini absorpsi menjorok dari daerah UV ke daerah VIS dan menyerap pada panjang gelombang ungu ke biru

A
Panjang gelombang, nm
500
400
300
0
Daerah UV
Daerah VIS
 
Gambar 3.1 Spektrum senyawa daerah UV juga menyerap cahaya pada daerah VIS

4.    MEKANISME PENGLIHATAN
Mata manusia merupakan organ rumit yang mengagumkan, dapat mengubah foton cahaya menjadi denyut syaraf yang berjalan ke otak dan menghasilkan penglihatan. Mekanisme mata sangat peka, hanya sekitar satu kuantum energi cahaya yang diperlukan untuk menghasilkan proses penglihatan. Mata manusia hanya mampu mendeteksi 100 foton cahaya saja, bila dibandingkan dengan bola lampu yang mampu memancarkan sekitar 2 x 1018 foton per detik.

Retina mata mengandung dua jenis fotoreseptor; tongkat dan kerucut. Kerucut berisi pigmen dan berperan dalam melihat warna dan daya penglihatan dalam keadaan terang benderang, dan bila mata kekurangan fotoreseptor kerucut akan buta warna. Jenis tongkat berperan dalam penglihatan hitam dan putih yang digunakan pada keadaan yang sangat gelap.

Dalam reseptor tongkat, cahaya dideteksi oleh pigmen ungu-kemerahan yang disebut rodopsin atau ungu visual (λmaks = 500 nm), yang terbentuk dari suatu aldehida 11-cis-retinal dan suatu protein yang disebut opsin. Kedua komponen ini saling terikat satu sama lain dan tidak mudah dihidrolisis, dan

CHO
10
11
12
13
+  H2N – opsin
CH = +NH – opsin
 – H2O
11-cis-retinal
rodopsin
Ikatan ion iminium
Ikatan rangkap 11-cis
rodopsin
CH = +NH – opsin
cis
H
H
batorodopsin
lumirodpsin
Metarodopsin I
 – H2O
Metarodopsin II
+  H2N – opsin
Serba-trans-retinal
trans
H
H
CHO
 









Bila sebuah foton cahaya diserap oleh komponen ini maka ikatan rangkap 11-cis diisomerkan menjadi ikatan rangkap trans, sehingga menghasilkan zat antara berenergi tinggi yang mengalami transformasi. Zat antara ini tidak pas kedalam kantung opsin, maka ikatannya akan terputus atau terhidrolisis dan zat antara tersebut dibebaskan

NH
 CO2-
opsin
terlindung
+NH
 CO2-
opsin
tersingkap; mengalami hidrolisis
foton (hv)
Dalam proses hidrolisis ini terjadi aktivasi enzim sehingga mengubah permeabilitas ionik dari sel fotoreseptor dengan demikian mengubah sifat listriknya. Perubahan-perubahan inilah yang menyebabkan terjadinya implus syaraf

Vitamin penting bagi manusia, karena merupakan penghasil rodopsin

[O]
Retinol dehidrogenase
CH2OH
Vitamin A (retinol)
11-cis-retinal
CHO
opsin
rodopsin
CH = +NH – opsin
Serba-trans-retinal
COH
Retinal isomerase

 

5.    SENYAWA BERWARNA DAN ZAT WARNA
Alam semesta kaya akan warna, dengan warna bulu burung kolibri dan merak yang timbul dari difraksi cahaya oleh struktur unik bulu burung. Namun kebanyakan warna alam disebabkan oleh absorpsi panjang gelombang tertentu cahaya putih oleh senyawa organik, hal ini telah diketahui sebelum dikembangkannya teori transisi elektron, bahwa senyawa organik dapat menimbulkan warna

Bagian struktur senyawa organik yang dapat menimbulkan warna terletak pada gugus takjenuhnya, yang dapat mengalami transisi π          π* dan n          π* dan disebut kromofor; suatu istilah yang dikemukan pada tahun 1876 (Yunani: chroma “warna” dan phoros “mengemban”)

Beberapa kromofor
                                                                                                                                                  O
   C = C           –C     C–                                                          –N = N–          –NO2               –C–    
Selain itu juga pengamatan dengan hadirnya beberapa gugus lain dapat mengintensifkan warna, yang disebut dengan istilah auksokrom (Yunani: auxanein “meningkatkan”). Gugus ini tidak dapat melakukan transisi π          π*, tapi dapat melakukan transisi n.

Beberapa auksokrom
– OH               – OR               – NH2              – NHR                        – NR2              – X

5.1.  SENYAWA BERWARNA
Naftokuinon dan antrakuinon merupakan bahan pewarna alamiah yang lazim, seperti juglon (naftakuinon) berperan dalam pewarnaan kulit biji walnut (semacam kenari), lawson dengan struktur sama dengan juglon terdapat dalam enai (henna) digunakan sebagai pengecat merah rambut

Suatu contoh antrakuinon yang khas adalah asam karminat, merupakan pigmen merah cochineal serangga kepik (coccus cacti L) yang digunakan sebagai zat warna merah dalam makanan dan kosmetik. Alizarin juga merupakan kelas antrakuinon

Kebanyakan warna bunga merah dan biru disebabkan oleh glukosida yang disebut antisianin dan bagian buka gulanya disebut anto sianidin yang merupakan suatu tipe garam flavilium. Warna tertentu yang ditimbulkan antosianin, tergantung pada pH bunga, warna biru bunga cornflower dan warna merah bunga mawar ditimbulkan oleh antosianin yang sama, yaitu sianin. Pada sekuntum warna merah, sianin berada dalam bentuk fenol, sedangkan warna biru pada bunga cornflower, sianin berada dalam bentuk anionnya dengan kehilangan sebuah proton salah satu gugus fenolnya

Garam flavium berasal dari nama flavon yang merupakan senyawa yang tak berwarna, dengan adanya adisi gugus hidroksil senyawa ini menghasilkan flavonol yang berwarna kuning


5.2.  ZAT WARNA
Zat warna adalah senyawa organik berwarna yang digunakan untuk memberi warna kesuatu objek. Zat warna yang tertua adalah indigo, yang telah lama digunakan oleh orang Mesir untuk mewarnai pakaian mummi, ungu tirus dari sifut Murex ditemukan di kota tirus, yang digunakan oleh orang Romawi untuk mewarnai jubah maharaja, dan alizarin (merah turki) dari pohon madder yang digunakan untuk mewarnai baju merah prajurit inggris.

Zat warna terbagi kedalam beberapa tipe yaitu
a.       Zat warna langsung (direct dye) adalah zat warna yang diaplikasikan langsung ke dalam objek dari dalam larutan (air) panas.
b.      Zat warna tong (vat dye) adalah zat warna yang diaplikasikan pada objek (dalam suatu tong) dalam bentuk terlarut dan dibiarkan bereaksi menjadi bentuk yang taklarut
c.       Zat warna mordan (mordant) adalah zat warna yang taklarut pada suatu objek dengan mengkomplekskan atau menyepit (chelat) dengan ion logam yang disebut mordan (mengigit)
d.      Zat warna azo dilakukan dengan objek yang dibasahi senyawa aromatik yang tak aktif terhadap substitusi elektrofilik, kemudian diolah dengan suatu diazonium untuk membentuk warna.

5.3.  INDIKATOR ASAM BASA
Adalah suatu senyawa organik yang berubah warna dengan berubahnya pH, yang digunakan sebagai indikator titik akhir titrasi seperti kertas lakmus, jingga methil dan phenolftalein. Indikator berubah warna karena sistem kromofornya diubah oleh reaksi asam-basa

6.    KUANTITAS ABSORPSI
Spektra absorpsi dapat diperoleh dengan menggunakan sampel dalam berbagai bentuk; gas, lapis tipis cairan, larutan dengan berbagai pelarut dan zat padat.

Secara matematis hubungan antara absorpsi radiasi dan panjang lintasan melewati medium yang menyerap, pertama kali di perkenalkan oleh Bouger (1729) dan Lambert Beer (1768)

                                               
                                                Bouger                                        Lambert








P0        =   daya radiasi yang masuk
P          =   daya radiasi yang diteruskan
A         =   absorbansi = log P0/P
b          =   panjang lintasan yang menembus medium pengabsorpsi
                 A = abcg/liter atau A = εbcmol/liter
                 ε = a x MW
                 MW = massa molekul zat pengabsorpsi
T          =   transmittan = P/P0
                 %T = (P/P0) x 100
                 A = log (1/T)


6.1.  Penyimpangan Hukum Bouger-Beer
Penyimpangan Kimia
Penyimpangan ini terjadi pada pengukuran absorbans pada sederetan asam lemah, HB. Derajat disosiasi HB (fraksi yang terionkan) bervariasi menurut banyaknya HB yang dimasukkan dalam tiap larutan jika volume akhirnya sama. Fraksi yang hadir sebagai B- akan berkurang dengan bertambahnya konsentrasi HB, maka akan terjadi penyimpangan negatif  yaitu εB- > εHB, dan sebaliknya jika εHB > εB- akan terjadi penyimpangan positif, sementara sistem harus memenuhi hukum beer pada panjang gelombang dimana εHB = εB- (isobetik).

Penyimpangan ini dapat dihindari dengan melakukan pengukuran pada panjang gelombang isobetik, penyesuaian pH larutan ke nilai yang rendah, penambahan asam kuat untuk menekan pengionan HB dan dengan penambahan alkali kuat secukupnya untuk mengubah bahan menjadi B-.

Penyimpangan instrumen
Hukum Bouger-Beer menyatakan bahwa radiasi yang diperlukan adalah radiasi monokromatik, bila melewati suatu lapisan akan menyerap fraksi yang sama. Namun nila ε bergantung pada panjang gelombang, sehingga nilai absorbans yang terukur mencerminkan distribusi panjang gelombang yang tidak benar-benar monokromatik. Penyimpangan juga dapat terjadi pada instrumen yang digunakan seperti efek kelelahan detektor, ketidaklinieran penguat (sinyal), piranti baca dan ketidakstabilan sumber energi radiasi. Untuk mengatasi hal ini yaitu dengan menggunkan spektrofotometer yang lebih modern.

7.    INSTRUMENTASI
Spektrofometer adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur transmitan atau absorbans suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang tunggal. Instrumen ini terdiri dari kelompok berkas-tunggal (manual) dan berkas rangkap (otomatis)

Instrumen berkas tunggal
Komponen utama yang penting dalam spektrofotometer berkas tunggal maupun berkas rangkap adalah

Sumber

Monokromator

Sampel

Detektor

Penguat

Pembaca

Bagian Optik



Text Box: Bagian Listrik
 






                                                                                                                                









Sumber energi yang digunakan dalam spektrofotometer UV/VIS adalah sebuah lampu pijar dengan kawat rambut yang terbuat dari wolfram, yang mampu memberi keluaran sekitar 325 nm sampai dengan 3 µm.
Monokromotor adalah sebuah piranti yang digunakan untuk mengisolasi suatu berkas radiasi dari suatu sumber yang berkesinambungan, terdiri dari celah sempit dan suatu unsur dispersif. Monokromator yang digunakan adalah monokromator prisma

Cahaya putih
Merah
Violet
 









Sampel merupakan suatu larutan yang diletakkan dalam suatu sel. Sel harus dapat meneruskan energi radiasi dalam daerah UV VIS, dan mempunyai ketebalan antara 1 mm – 10 cm.

Detektor merupakan komponen yang memiliki kepekaan tinggi dalam daerah spektral, respon yang linier terhadap radiasi, waktu respon yang cepat, dapat digandakan, dan kestabilan yang tinggi dengan tingkat noise yang rendah. Detektor merespon perubahan fotokimia (terutama fotografi), efek fotolistrik dan efek termolistrik, dalam spektrofotometer detektor yang digunakan adalah detektor fotolistrik (baik berupa tabung foto atau tabung photomultiplier).

Penguat berfungsi untuk menaikkan voltase yang dihasilkan oleh tabung foto sehingga menghasilkan resistensi masukan yang tinggi

Operasi biasa spektrofotometer berkas tunggal
Untuk menjalankan operasi ini, kita mengeset panjang gelombang tertentu yang diinginkan, dengan menggunakan larutan blanko(larutan murni atau larutan yang mengandung sedikit sampel. Selanjutnya skala instrumen distel agar menunjukkan absorbans angka nol (transmitan 100%). Selanjutnya sampel yang telah disiapkan diukur pada skala yang telah distel tadi. Skala yang dihasilkan umumnya adalah linier

Operasi spektrofotometri diferensial
Pada operasi ini dilakukan ekspansi skala, dari skala kecil menjadi skala yang besar. Ekspansi skala dimaksudkan untuk mengurangi galat instrumen dan galat konsentrasi, dengan cara menyetel transmitan 100% menggunakan larutan standar yang lebih encer dari larutan yang tidak diketahui, serta menyetel transmitan 0% menggunakan larutan standar yang lebih pekat.




40
30
20
10
0
0
0,7
1
0,2
0,3
%T
A
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
0,7
1
0,2
A
Larutan standar
Larutan yang tidak diketahui
 


 

Spektrofotometer yang lazim digunakan dalam berkas tunggal adalah Spektronik-20

Lampu
Lensa A
Lensa B
Kisi
Lengan klem
Klem
Celah keluar
Sampel
Penyaring
Tabung foto
Celah masuk



Instrumen Berkas Ganda
Pada instrumen ini, proses pengukuran dilakukan secara otomatis, modern dan berbasis komputer
Sumber

Monokromator

Sampel

Detektor

Pemroses sinyal
Pengubah analog ke digital

Baling-baling

Referensi

Komputer



Galat Dalam Spektrofotometri
Sebab timbulnya galat tidak hanya dalam bentuk instrumentasinya saja, melainkan dapat juga berupa penanganan sampel. Sel sampel harus bersih dari zat-zat lain serta dari sidik jari, sampel harus encer, tidak boleh terdapat gelembung udara dalam sel sampel dan sel harus reprodusible serta kalibrasi panjang gelombang harus diperiksa


Plot Data Spektrofotometri
Spektra absorpsi diplot sebagai %T terhadap λ, A atau ε terhadap λ, dan log A atau log ε terhadap λ

Log A = log (εbc)
            = log ε  +  log b  +  log c

Penerapan Spektrofotometri
Spektrofotometri dapat digunakan untuk mengidentifikasi zat-zat kimia dan analisis multikomponen. Spektrum absorpsi yang dihasilkan tidak hanya tergantung pada sifat dasar kimia, namun juga pada faktor-faktor lain seperti perubahan pelarut. Hal ini terkadang dapat menyebabkan geseran dari pita absorpsi, sehingga dapat menimbulkan spektrum absorpsi yang tumpang tindih satu sama lain.




Absorpsi spektrum yang dihasilkan pada dua buah sampel da dua buah panjang gelombang dapat berupa spektrum tanpa tumpang tindih, spektrum tumpang tindih satu arah dan tumpang tindih dua arah
λ1
A
λ1
X
Y
 














Spektrum tanpa tumpang tindih


A
λ1
λ1
X
Y
A
λ1
λ1
X
Y


Spektrum tumpang tindih satu arah                   Spektrum tumpang tindih dua arah

Penanganan Sampel
Sampel diperlakukan dengan cara melibatkan reaksi-reaksi redoks, misalnya penentuan Mn dilakukan dengan oksidator persulfat atau periodat menjadi Mn(IV).

2Mn2+ + 5S2O42- + 8H2O                    2MnO4- + 10SO42- + 16H+

MnO4- berwarna ungu dan diukur pada panjang gelombang 525 nm. Begitu juga dengan kromium dioksidasi menjadi Cr(IV)

Contoh lain penentuan besi dilakukan dengan menggunakan warna merah yang didapat dari reaksi besi(III) dengan tiosinat

Fe3+ + SCN-                (FeSCN)2+

Jadi kesimpalannya adalah sampel yang akan dilakukan penegukuran haruslah berwarna.

1 komentar:

  1. jangan lupa komentar dan saran.... anda sangat berguna bgi saya gan/......

    BalasHapus