BAB II
SPEKTROFOTOMETRI
ULTRA VIOLET – VISIBLE (UV - IS)
1.
PENDAHULUAN
Panjang
gelombang cahaya UV dan Visible lebih pendek, sehingga memiliki radiasi
berenergi lebih tinggi dari pada panjang gelombang dan radiasi energi IR(k).
Sebuah foton berenergi tinggi dalam daerah UV dapat mementalkan sebuah
elektron terluar dari sebuah atom atau molekul, sehingga foton ini dapat
memutuskan ikatan molekul tersebut(f).
Daerah
radiasi/spektrum UV berada pada kisaran 100 – 400 nm, sedangkan daerah
radiasi/spektrum VIS berada pada kisaran 400 – 750 nm. Absorpsi cahaya pada
daerah ini mengakibatkan transisi elektronik, yaitu promosi elektron-elektron
dari orbital keadaan dasar yang bernergi lebih rendah ke orbital keadaan
tereksitasi berenergi lebih tinggi. Transisi ini memerlukan energi sekitar 40 –
300 kkal/mol, energi yang terserap selanjutnya terbuang sebagai kalor, sebagai
cahaya atau tersalurkan dalam reaksi kimia(f)
Panjang
gelombang cahaya UV dan cahaya VIS bergantung pada kemudahan promosi elektron.
Molekul-molekul yang memerlukan lebih banyak energi untuk promosi elektron,
akan menyerap pada panjang gelombang yang lebih pendek, sedangkan molekul yang
memerlukan energi lebih sedikit akan menyerap pada panjang gelombang yang lebih
panjang. Oleh karena itu senyawa yang menyerap
cahaya pada daerah VIS (senyawa berwarna) mempunyai elektron yang lebih
mudah dipromosikan dari pada senyawa yang menyerap pada panjang gelombang UV
yang lebih pendek.
absorpsi
pada 100 nm (UV) 750 nm (VIS)
Makin mudahnya transisi
elektron
|
Karena
energi absorpsi oleh suatu moleku terkuantisasi, maka absorpsi untuk transisi
elektron itu tampak pada panjang-panjang gelombang diskrit sebagai suatu
spektrum garis atau peak tajam. Namun
tidak demikian halnya pada spektrum UV – VIS, pada spektrum ini terdiri dari
pita absorpsi lebar pada daerah panjang gelombang yang lebar. Hal ini
disebabkan oleh terbaginya keadaan dasar dan keadaan eksitasi sebuah molekul
dalam sub tingkat-sub tingkat rotasi dan vibrasi. Sub tingkat ini memiliki
transisi energi yang sedikit sekali perbedaannya, maka panjang gelombang
absorpsinya juga berbeda sedikit dan menimbulkan pita lebar yang tampak dalam
spektrum itu.
Gambar
1.1. Pemaparan skematik transisi elektron dari suatu tingkat energi rendah
kesuatu tingkat energi tinggi
Absorpsi
radiasi suatu sampel diukur pada berbagai panjang gelombangn dan alirkan oleh
suatu perekam untuk menghasilkan spektru
(CH3)2C CHCCH3
Panjan
|
0
|
Absorban
A
|
0,5
|
350
|
200
|
400
|
Gambar
1.2. Spektrum UV dari mesitil oksida, 9,2 x 10-5 M, sel 1,0 cm
Gambar
1.2 menunjukkan spektrum UV suatu larutan encer misitil oksida
(4-metil-3-penten-2-on) yang menunjukkan susuran (scan) dari 200 – 400 nm. Panjang absorpsi dinyataka sebagai λ maks,
yaitu panjang gelombang pada titik tertinggi kurva pada 232 nm. Absorpsi energi
derekam sebagai absorbans. Absorbans pada suatu panjang gelombang tertentu
didefinisikan sebagai:
Dengan
A = Absorbans
I0 =
intensitas berkas cahaya rujukan
I = intensitas berkas cahaya contoh
Absorbans
suatu senyawa pada suatu panjang gelombang tertentu bertambah dengan banyaknya
molekul yang mengalami transisi. Oleh karena itu absorbans tergantung pada
struktur elektronik ssenyawa dan kepekatan contoh dan panjangnya sel. Oleh
karena itu absorpsi energi dinyatakan sebagai absorpsivitas molar (e) dan bukan sebagai absorbans
sebenarnya.
Spektrum
UV dialur ulang untuk menunjukkan ε atau log ε, dan bukan A sebagai ordinat.
Nilai log ε terutama bermanfaat bila harga ε sangat besar.
Dengan
A = Absorbans
ε = absorpsivitas molar
c = konsentrasi molar
(M)
l = panjang sel (cm)
2.
TIPE TRANSISI
ELEKTRON
Keadaan
dasar suatu molekul organik emngandung elektron-elektron valensi dalam tiga
tipe utama orbital molekul: orbital sigma (σ), orbital pi (π) dan orbital
teririsi tetapi tidak terikat (η)
Elektron σ
|
Elektron π
|
Elektron η
|
. .
|
. .
|
Orbital
σ dan π dibentuk dari tumpang tindih dua orbital atom atau hibrid, oleh karena
itu masing-masingn orbital molekul ini mempunyai suatu σ* atau π*
anti bonding yang berikatan dengannya. Suatu orbital mengandung π elektron
tidak mempunyai suatu orbital antibonding.
σ*
|
n π#
< 105 kkal
(> 270 nm)
|
n σ #
< 150 kkal
(> 185 nm)
|
π π#
< 170 kkal
(> 165 nm)
|
σ σ #
< 170 kkal
(> 165 nm)
|
σ
|
π
|
n
|
π*
|
E
|
Gambar 2.1 Persyaratan energi untuk transisi
elektronik
Daerah
yang paling berguna dari spektrum UV adalah daerah dengan penjang gelombang
diatas 200 nm. Transisi berikut menimbulkan absorpsi dalam daerah 100 – 200 nm
yang tak berguna; π π* untuk ikatan rangkap
menyendiri, dan σ σ*
untuk ikatan karbon-karbon biasa. Transisi yang berguna (200 – 400) adalah π π* untuk senyawa dengan
ikatan rangkap terkonyugasi serta beberapa transisi σ σ* dan π π*.
3.
WARNA DAN
PENGLIHATAN
Warna
merupakan hasil dari kompleks respon faali dan psikologis terhadap panjang
cahaya antara 400 – 750 nm yang ditangkap oleh retina (selaput jala) mata. Jika
semua panjang gelombang cahaya VIS mengenai retina, akan diterima (dirasakan)
warna putih, namun jika tidak satupun panjang gelombang mengenai retina maka
akan diterima (dirasakan) warna hitam atau gelap. Jika panjang gelombang dengan
rentang (range) sempit jatuh pada retina mata, maka akan diterima (dirasakan)
warna-warna individu (Tabel 1.1 BAB I)
Pengindraan
warna ditimbulkan oleh berbagai proses fisis. Berikut ini beberapa contoh
bagaimana cahaya dengan suatu panjang gelombang tertentu dapat diarahkan
kemata:
a.
Warna
kuning jingga nyala natrium ditimbulkan oleh pancaran (emisi) cahaya dengan
panjang gelombang 589 nm, pancaran ini disebabkan oleh kembalinya elektron
tereksitasi keorbital energi rendah.
b.
Suatu
prisma menyebabkan difraksi cahaya yang berubah-ubah menurut panjang
gelombangnya; panjang gelombang yang terpisah-pisah ini kelihatan seperti pola
pelangi.
c.
Interferensi
diakibatkan oleh dipantulkannya cahaya pada dua permukaan film yang sangat
tipis (misalnya gelembung sabun atau bulu burung). Gelombang cahaya yang
dipantulkan oleh permukaan-luar dan permukaan-dalam taksefase, shingga terjadi
interferensi gelombang dan pada beberapa panjang gelombang terjadi keadaan
saling melemahkan, sehingga sebagai ganti cahaya putih akan tampak beberapa
warna.
d.
Absorpsi
cahaya pada panjang gelombang tertentu oleh suatu zat. Senyawa organik dengan
konyugasi yang ekstensif menyerap cahaya dengan panjang gelombang tertentu
karena adanya transisi π π*
dan n π*. Apa yang
tampak bukanlah warna yang diserap, melainkan komplemennya, yang dipantulkan.
Warna komplemen/warna pengurangan (subtraksi), merupakan hasil pengurangan
beberapa panjang gelombang VIS dari dalam spektrum visual keseluruhan
Sebagai contoh
senyawa pentasena menyerap pada 575 nm dalam bagian kuning dari spektrum VIS,
sehingga pentasena menyerap cahaya kuning (dan sedikit cahaya disekitar kuning)
dan memantulakn cahaya dengan panjang gelombang lain, sehingga pentasena
menimbulkan warna biru, yang merupakan komplemen dari warna kuning
Terkadang
beberapa senyawa menampakkan warna kuning meskipun λmaks mereka
berada dalam daerah spektrum UV, misalnya koronena. Dalam hal ini absorpsi
menjorok dari daerah UV ke daerah VIS dan menyerap pada panjang gelombang ungu
ke biru
A
|
Panjang gelombang, nm
|
500
|
400
|
300
|
0
|
Daerah UV
|
Daerah VIS
|
Gambar 3.1 Spektrum senyawa daerah UV juga menyerap
cahaya pada daerah VIS
4.
MEKANISME
PENGLIHATAN
Mata
manusia merupakan organ rumit yang mengagumkan, dapat mengubah foton cahaya
menjadi denyut syaraf yang berjalan ke otak dan menghasilkan penglihatan.
Mekanisme mata sangat peka, hanya sekitar satu kuantum energi cahaya yang
diperlukan untuk menghasilkan proses penglihatan. Mata manusia hanya mampu
mendeteksi 100 foton cahaya saja, bila dibandingkan dengan bola lampu yang
mampu memancarkan sekitar 2 x 1018 foton per detik.
Retina
mata mengandung dua jenis fotoreseptor; tongkat dan kerucut. Kerucut berisi
pigmen dan berperan dalam melihat warna dan daya penglihatan dalam keadaan
terang benderang, dan bila mata kekurangan fotoreseptor kerucut akan buta
warna. Jenis tongkat berperan dalam penglihatan hitam dan putih yang digunakan
pada keadaan yang sangat gelap.
Dalam
reseptor tongkat, cahaya dideteksi oleh pigmen ungu-kemerahan yang disebut
rodopsin atau ungu visual (λmaks = 500 nm), yang terbentuk dari
suatu aldehida 11-cis-retinal dan suatu protein yang disebut opsin. Kedua
komponen ini saling terikat satu sama lain dan tidak mudah dihidrolisis, dan
CHO
|
10
|
11
|
12
|
13
|
+ H2N – opsin
|
CH = +NH – opsin
|
– H2O
|
11-cis-retinal
|
rodopsin
|
Ikatan ion iminium
|
Ikatan rangkap 11-cis
|
rodopsin
|
CH = +NH – opsin
|
cis
|
H
|
H
|
batorodopsin
|
lumirodpsin
|
Metarodopsin I
|
– H2O
|
Metarodopsin II
|
+ H2N – opsin
|
Serba-trans-retinal
|
trans
|
H
|
H
|
CHO
|
Bila
sebuah foton cahaya diserap oleh komponen ini maka ikatan rangkap 11-cis diisomerkan
menjadi ikatan rangkap trans, sehingga menghasilkan zat antara berenergi tinggi
yang mengalami transformasi. Zat antara ini tidak pas kedalam kantung opsin,
maka ikatannya akan terputus atau terhidrolisis dan zat antara tersebut
dibebaskan
NH
|
CO2-
|
opsin
|
terlindung
|
+NH
|
CO2-
|
opsin
|
tersingkap; mengalami
hidrolisis
|
foton (hv)
|
Dalam
proses hidrolisis ini terjadi aktivasi enzim sehingga mengubah permeabilitas
ionik dari sel fotoreseptor dengan demikian mengubah sifat listriknya.
Perubahan-perubahan inilah yang menyebabkan terjadinya implus syaraf
Vitamin
penting bagi manusia, karena merupakan penghasil rodopsin
[O]
|
Retinol dehidrogenase
|
CH2OH
|
Vitamin A (retinol)
|
11-cis-retinal
|
CHO
|
opsin
|
rodopsin
|
CH = +NH – opsin
|
Serba-trans-retinal
|
COH
|
Retinal isomerase
|
5.
SENYAWA BERWARNA
DAN ZAT WARNA
Alam
semesta kaya akan warna, dengan warna bulu burung kolibri dan merak yang timbul
dari difraksi cahaya oleh struktur unik bulu burung. Namun kebanyakan warna
alam disebabkan oleh absorpsi panjang gelombang tertentu cahaya putih oleh
senyawa organik, hal ini telah diketahui sebelum dikembangkannya teori transisi
elektron, bahwa senyawa organik dapat menimbulkan warna
Bagian
struktur senyawa organik yang dapat menimbulkan warna terletak pada gugus
takjenuhnya, yang dapat mengalami transisi π π* dan n π* dan disebut kromofor; suatu istilah yang dikemukan
pada tahun 1876 (Yunani: chroma “warna” dan phoros “mengemban”)
Beberapa
kromofor
O
C = C –C C– –N
= N– –NO2 –C–
Selain
itu juga pengamatan dengan hadirnya beberapa gugus lain dapat mengintensifkan
warna, yang disebut dengan istilah auksokrom
(Yunani: auxanein “meningkatkan”). Gugus ini tidak dapat melakukan transisi π π*, tapi dapat melakukan
transisi n.
Beberapa
auksokrom
–
OH – OR – NH2 – NHR – NR2 – X
5.1. SENYAWA BERWARNA
Naftokuinon
dan antrakuinon merupakan bahan pewarna alamiah yang lazim, seperti juglon
(naftakuinon) berperan dalam pewarnaan kulit biji walnut (semacam kenari),
lawson dengan struktur sama dengan juglon terdapat dalam enai (henna) digunakan
sebagai pengecat merah rambut
Suatu
contoh antrakuinon yang khas adalah asam karminat, merupakan pigmen merah
cochineal serangga kepik (coccus cacti L) yang digunakan sebagai zat warna
merah dalam makanan dan kosmetik. Alizarin juga merupakan kelas antrakuinon
Kebanyakan
warna bunga merah dan biru disebabkan oleh glukosida yang disebut antisianin
dan bagian buka gulanya disebut anto sianidin yang merupakan suatu tipe garam
flavilium. Warna tertentu yang ditimbulkan antosianin, tergantung pada pH
bunga, warna biru bunga cornflower dan warna merah bunga mawar ditimbulkan oleh
antosianin yang sama, yaitu sianin. Pada sekuntum warna merah, sianin berada
dalam bentuk fenol, sedangkan warna biru pada bunga cornflower, sianin berada
dalam bentuk anionnya dengan kehilangan sebuah proton salah satu gugus fenolnya
Garam
flavium berasal dari nama flavon yang merupakan senyawa yang tak berwarna,
dengan adanya adisi gugus hidroksil senyawa ini menghasilkan flavonol yang
berwarna kuning
5.2. ZAT WARNA
Zat
warna adalah senyawa organik berwarna yang digunakan untuk memberi warna
kesuatu objek. Zat warna yang tertua adalah indigo, yang telah lama digunakan
oleh orang Mesir untuk mewarnai pakaian mummi, ungu tirus dari sifut Murex
ditemukan di kota tirus, yang digunakan oleh orang Romawi untuk mewarnai jubah
maharaja, dan alizarin (merah turki) dari pohon madder yang digunakan untuk
mewarnai baju merah prajurit inggris.
Zat
warna terbagi kedalam beberapa tipe yaitu
a.
Zat
warna langsung (direct dye) adalah zat warna yang diaplikasikan langsung ke
dalam objek dari dalam larutan (air) panas.
b.
Zat
warna tong (vat dye) adalah zat warna yang diaplikasikan pada objek (dalam
suatu tong) dalam bentuk terlarut dan dibiarkan bereaksi menjadi bentuk yang
taklarut
c.
Zat
warna mordan (mordant) adalah zat warna yang taklarut pada suatu objek dengan
mengkomplekskan atau menyepit (chelat) dengan ion logam yang disebut mordan
(mengigit)
d.
Zat
warna azo dilakukan dengan objek yang dibasahi senyawa aromatik yang tak aktif
terhadap substitusi elektrofilik, kemudian diolah dengan suatu diazonium untuk
membentuk warna.
5.3. INDIKATOR ASAM BASA
Adalah
suatu senyawa organik yang berubah warna dengan berubahnya pH, yang digunakan
sebagai indikator titik akhir titrasi seperti kertas lakmus, jingga methil dan
phenolftalein. Indikator berubah warna karena sistem kromofornya diubah oleh
reaksi asam-basa
6.
KUANTITAS
ABSORPSI
Spektra
absorpsi dapat diperoleh dengan menggunakan sampel dalam berbagai bentuk; gas,
lapis tipis cairan, larutan dengan berbagai pelarut dan zat padat.
Secara
matematis hubungan antara absorpsi radiasi dan panjang lintasan melewati medium
yang menyerap, pertama kali di perkenalkan oleh Bouger (1729) dan Lambert Beer
(1768)
Bouger Lambert
P0 = daya
radiasi yang masuk
P =
daya radiasi yang diteruskan
A =
absorbansi = log P0/P
b =
panjang lintasan yang menembus medium
pengabsorpsi
A =
abcg/liter atau A = εbcmol/liter
ε
= a x MW
MW
= massa molekul zat pengabsorpsi
T =
transmittan = P/P0
%T
= (P/P0) x 100
A
= log (1/T)
6.1. Penyimpangan Hukum Bouger-Beer
Penyimpangan
Kimia
Penyimpangan ini
terjadi pada pengukuran absorbans pada sederetan asam lemah, HB. Derajat
disosiasi HB (fraksi yang terionkan) bervariasi menurut banyaknya HB yang
dimasukkan dalam tiap larutan jika volume akhirnya sama. Fraksi yang hadir
sebagai B- akan berkurang dengan bertambahnya konsentrasi HB, maka
akan terjadi penyimpangan negatif yaitu
εB- > εHB, dan sebaliknya jika εHB
> εB- akan terjadi penyimpangan positif, sementara
sistem harus memenuhi hukum beer pada panjang gelombang dimana εHB =
εB- (isobetik).
Penyimpangan ini
dapat dihindari dengan melakukan pengukuran pada panjang gelombang isobetik,
penyesuaian pH larutan ke nilai yang rendah, penambahan asam kuat untuk menekan
pengionan HB dan dengan penambahan alkali kuat secukupnya untuk mengubah bahan
menjadi B-.
Penyimpangan
instrumen
Hukum
Bouger-Beer menyatakan bahwa radiasi yang diperlukan adalah radiasi
monokromatik, bila melewati suatu lapisan akan menyerap fraksi yang sama. Namun
nila ε bergantung pada panjang gelombang, sehingga nilai absorbans yang terukur
mencerminkan distribusi panjang gelombang yang tidak benar-benar monokromatik.
Penyimpangan juga dapat terjadi pada instrumen yang digunakan seperti efek
kelelahan detektor, ketidaklinieran penguat (sinyal), piranti baca dan
ketidakstabilan sumber energi radiasi. Untuk mengatasi hal ini yaitu dengan
menggunkan spektrofotometer yang lebih modern.
7.
INSTRUMENTASI
Spektrofometer
adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur transmitan atau absorbans suatu
sampel sebagai fungsi panjang gelombang tunggal. Instrumen ini terdiri dari
kelompok berkas-tunggal (manual) dan berkas rangkap (otomatis)
Instrumen berkas
tunggal
Komponen
utama yang penting dalam spektrofotometer berkas tunggal maupun berkas rangkap
adalah
Sumber
|
Monokromator
|
Sampel
|
Detektor
|
Penguat
|
Pembaca
|
|
|
|
|
Bagian
Optik
|
Sumber
energi yang digunakan dalam spektrofotometer UV/VIS adalah sebuah lampu pijar
dengan kawat rambut yang terbuat dari wolfram, yang mampu memberi keluaran
sekitar 325 nm sampai dengan 3 µm.
Monokromotor
adalah sebuah piranti yang digunakan untuk mengisolasi suatu berkas radiasi
dari suatu sumber yang berkesinambungan, terdiri dari celah sempit dan suatu
unsur dispersif. Monokromator yang digunakan adalah monokromator prisma
Cahaya putih
|
Merah
|
Violet
|
Sampel
merupakan suatu larutan yang diletakkan dalam suatu sel. Sel harus dapat
meneruskan energi radiasi dalam daerah UV VIS, dan mempunyai ketebalan antara 1
mm – 10 cm.
Detektor
merupakan komponen yang memiliki kepekaan tinggi dalam daerah spektral, respon
yang linier terhadap radiasi, waktu respon yang cepat, dapat digandakan, dan
kestabilan yang tinggi dengan tingkat noise yang rendah. Detektor merespon
perubahan fotokimia (terutama fotografi), efek fotolistrik dan efek
termolistrik, dalam spektrofotometer detektor yang digunakan adalah detektor
fotolistrik (baik berupa tabung foto atau tabung photomultiplier).
Penguat
berfungsi untuk menaikkan voltase yang dihasilkan oleh tabung foto sehingga
menghasilkan resistensi masukan yang tinggi
Operasi
biasa spektrofotometer berkas tunggal
Untuk
menjalankan operasi ini, kita mengeset panjang gelombang tertentu yang
diinginkan, dengan menggunakan larutan blanko(larutan murni atau larutan yang
mengandung sedikit sampel. Selanjutnya skala instrumen distel agar menunjukkan
absorbans angka nol (transmitan 100%). Selanjutnya sampel yang telah disiapkan
diukur pada skala yang telah distel tadi. Skala yang dihasilkan umumnya adalah
linier
Operasi
spektrofotometri diferensial
Pada
operasi ini dilakukan ekspansi skala, dari skala kecil menjadi skala yang
besar. Ekspansi skala dimaksudkan untuk mengurangi galat instrumen dan galat
konsentrasi, dengan cara menyetel transmitan 100% menggunakan larutan standar
yang lebih encer dari larutan yang tidak diketahui, serta menyetel transmitan
0% menggunakan larutan standar yang lebih pekat.
40
|
30
|
20
|
10
|
0
|
0
|
0,7
|
1
|
0,2
|
0,3
|
%T
A
|
100
|
90
|
80
|
70
|
60
|
50
|
40
|
30
|
20
|
10
|
0
|
0,7
|
1
|
0,2
|
A
|
Larutan standar
|
Larutan yang tidak diketahui
|
Spektrofotometer
yang lazim digunakan dalam berkas tunggal adalah Spektronik-20
Lampu
|
Lensa
A
|
Lensa
B
|
Kisi
|
Lengan
klem
|
Klem
|
Celah
keluar
|
Sampel
|
Penyaring
|
Tabung
foto
|
Celah
masuk
|
Instrumen
Berkas Ganda
Pada
instrumen ini, proses pengukuran dilakukan secara otomatis, modern dan berbasis
komputer
Sumber
|
Monokromator
|
Sampel
|
Detektor
|
Pemroses
sinyal
|
Pengubah
analog ke digital
|
|
|
|
|
Baling-baling
|
Referensi
|
|
|
Komputer
|
Galat Dalam
Spektrofotometri
Sebab
timbulnya galat tidak hanya dalam bentuk instrumentasinya saja, melainkan dapat
juga berupa penanganan sampel. Sel sampel harus bersih dari zat-zat lain serta
dari sidik jari, sampel harus encer, tidak boleh terdapat gelembung udara dalam
sel sampel dan sel harus reprodusible serta kalibrasi panjang gelombang harus
diperiksa
Plot Data
Spektrofotometri
Spektra
absorpsi diplot sebagai %T terhadap λ, A atau ε terhadap λ, dan log A atau log
ε terhadap λ
Log
A = log (εbc)
= log ε + log
b +
log c
Penerapan Spektrofotometri
Spektrofotometri
dapat digunakan untuk mengidentifikasi zat-zat kimia dan analisis
multikomponen. Spektrum absorpsi yang dihasilkan tidak hanya tergantung pada
sifat dasar kimia, namun juga pada faktor-faktor lain seperti perubahan pelarut.
Hal ini terkadang dapat menyebabkan geseran dari pita absorpsi, sehingga dapat
menimbulkan spektrum absorpsi yang tumpang tindih satu sama lain.
Absorpsi
spektrum yang dihasilkan pada dua buah sampel da dua buah panjang gelombang
dapat berupa spektrum tanpa tumpang tindih, spektrum tumpang tindih satu arah
dan tumpang tindih dua arah
λ1
|
A
|
λ1
|
X
|
Y
|
Spektrum tanpa tumpang tindih
A
|
λ1
|
λ1
|
X
|
Y
|
A
|
λ1
|
λ1
|
X
|
Y
|
Spektrum tumpang
tindih satu arah Spektrum
tumpang tindih dua arah
Penanganan
Sampel
Sampel
diperlakukan dengan cara melibatkan reaksi-reaksi redoks, misalnya penentuan Mn
dilakukan dengan oksidator persulfat atau periodat menjadi Mn(IV).
2Mn2+
+ 5S2O42- + 8H2O 2MnO4-
+ 10SO42- + 16H+
MnO4-
berwarna ungu dan diukur pada panjang gelombang 525 nm. Begitu juga dengan
kromium dioksidasi menjadi Cr(IV)
Contoh
lain penentuan besi dilakukan dengan menggunakan warna merah yang didapat dari
reaksi besi(III) dengan tiosinat
Fe3+
+ SCN- (FeSCN)2+
Jadi
kesimpalannya adalah sampel yang akan dilakukan penegukuran haruslah berwarna.
jangan lupa komentar dan saran.... anda sangat berguna bgi saya gan/......
BalasHapus